Colombo, nusaline.com
Pemerintah Sri Lanka dilaporkan memulangkan sekitar 200 ulama asing dari negara itu. Kebijakan itu diambil sebagai langkah antisipasi selepas serangan teror bom pada 21 April lalu yang mengakibatkan 253 nyawa melayang.
Seperti dilansir AFP, Senin (6/5,2019), Menteri Dalam Negeri Vajira Abeywardena menyatakan mereka saat ini sudah memulangkan 600 warga asing, termasuk para ulama itu. Menurut dia, ratusan ulama itu sebenarnya masuk secara sah, tetapi mereka ketahuan melewati izin tinggal dan visa yang kedaluwarsa.
Mereka lantas didenda dan dipulangkan ke negara masing-masing.
“Dengan pertimbangan situasi Sri Lanka saat ini, kami mengevaluasi sistem visa dan memutuskan memperketat pemberian visa bagi ustaz atau ulama. Ada sekitar 200 orang yang kami pulangkan,” kata Abeywardena.
Abeywardena tidak merinci kewarganegaraan para ulama asing yang mereka pulangkan. Menurut mereka kebanyakan berasal dari Bangladesh, India, Maladewa, dan Pakistan.
“Ada sejumlah lembaga keagamaan yang mendatangkan ulama asing. Kami tidak punya masalah dengan mereka, tetapi belakangan kami mulai harus memberi perhatian lebih,” kata Abeywardena
Aparat keamanan Sri Lanka sampai saat ini terus waspada terhadap ancaman teror susulan, pasca serangan rangkaian bom pada 21 April lalu yang melukai sekitar 500 orang. Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, memberlakukan larangan pemakaian cadar bagi Muslimah dan segala bentuk pakaian lainnya yang menutupi wajah, pada 28 April lalu. Hal itu dampak dari aksi teror.
Aparat juga terus memburu sekitar 140 orang yang diduga terlibat jaringan teroris di Sri Lanka.
Pemerintah Sri Lanka sudah menyatakan kelompok Jemaah Tauhid Nasional (NTJ) dan Jemaah Agama Ibrahim (JMI) sebagai organisasi terlarang. Pemimpinnya, Zahra Hashim, diduga adalah otak serangan teror yang tewas dalam serangan di Hotel Shangri-La. (Drj)