Jombang, nusaline.com
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar menyatakan, dirinya tak menafikan akan dinamika situasi yang terjadi belakangan ini. Keadaan yang kerap kali terjadi saling fitnah, memutar balikkan fakta, dan mengumbar kebencian seringkali ditemuinya di berbagai kesempatan.
Demikian ini dikatakan saat menyampaikan mauidzah hasanah pada puncak peringatan Haul ke-40 KH Bisri Syansuri, ke-66 Nyai Hj Nor Khodijah dan 104 tahun Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif serta 1 abad Pondok Pesantren Putri Mambaul Ma’arif yang digelar Kamis malam (7/3/) di halaman Pesantren setempat.
Pada situasi demikian, Kiai Miftahul Akhyar mengungkapkan kerinduannya terhadap Mbah Bisri. Ia meyakini pada zamannya tentu suasana tak seperti saat ini, melainkan penuh dengan kedamaian, ketenangan, dan kesejukan antar sesama.
“Kita masih punya harapan besar dengan Haul Mbah Bisri ini, ini suatu ungkapan rasa rindu kita bagaimana pada masa-masa kehidupan beliau merasakan ketenangan, kenyamanan, dan kedamaian di tengah-tengah beliau,” ucapnya.
Situasi yang diyakininya bersih dari fitnah dan menviralkan kabar bohong itu menurutnya tentu tak lepas dari peran dari sosok Mbah Bisri Syansuri di tengah kehidupan bermasyarakat. Salah satu pendiri NU itu, menurut pandangannya dinilai sosok yang sangat kharismatik, tegas, dan sangat berpengaruh terhadap terciptanya situasi yang tenteram.
“Ini adalah rasa kegandrungan kita dan kerinduan kita di saat dunia menampakkan sifat pancarobanya,” ujar dia.
Untuk itu peringatan Haul menurutnya perlu terus dilestarikan. Ini penting selain untuk mengenang sosok yang dihauli, juga sebagai jembatan untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. “Karena saat ini keberkahan itu sulit didapatkan. Maka untuk menarik kembali keberkahan itu, tentu dengan peringatan Haul,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj yang juga hadir pada acara haul di Denanyar Jombang meminta umat Islam bangga dengan agamanya, terutama bagi Nahdliyin. Hal ini dikarenakan Islam punya banyak kelebihan dibanding agama lain. Salah satunya yaitu keunggulan Islam dalam metodologi memahami nash Al-Qur’an dan Hadits.
“Kita harus bangga dengan khazanah keislaman yang kita miliki, yaitu pemahaman agama yang diwarisi oleh para ulama. Orang Islam punya metodologi memahami nash. Di mana hal ini tak dimiliki oleh agama lain. Mereka hanya membaca kitab sucinya,” ujarnya.
Dikatakan, dalam Islam ada ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an yang berkaitan dengan ayat yang bermakna khos, mutasyabihat, muqayyad, hakiki, majazi, muhkamat. Dalam bahasa lain Islam mengkaji apakah ayat ini bermakna mutlak, metaforis, spesial, absolut, atau non absolut.
“Orang non Islam tidak punya ilmu ini. Adanya di pesantren, dengan nama ilmu ushul fiqih. Kita harus bangga karena pesantren punya keilmuan yang mendalam. Orang Islam selain pesantren dan Nahdlatul Ulama jarang mengkaji ilmu ini,” tambah alumni Pondok Pesantren Lirboyo ini.
Hadir juga dalam haul ini Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, dan KH Agoes Ali Masyhuri. Ikut hadir serta Ketua DPRD Jawa Timur A Halim Iskandar dan Wakil Ketua MPR RI H Muhaimin Iskandar serta ribuan santri dan jamaah. (nu.or.id)