Jember, nusaline.com
Santri tidak boleh ketinggalan di bidang tulis-menulis (jurnalistik). Sebab sampai kapanpun keterampilan menulis sangat dibutuhkan, baik bagi pelajar maupun mahasiswa. Hal tersebut diungkapkan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qarnain, Desa Baletbaru, Kecamatan Sukowono, Jember, Jawa Timur, KH Imam Syafi’i saat menutup acara Bimbingan dan Pelatihan Jurnalistik di aula MA Nurul Qarnain, Kamis (04/04/2019) seperti yang diberikan NU Online.
Menurutnya, di era teknologi digital saat ini media massa tumbuh bagai jamur di musim hujan, mulai dari portal hingga blog pribadi, yang itu bisa dimanfaatkan untuk tempat mengekspresikan ide dan gagasan para santri dalam bentuk tulisan.
“Tinggal bagaimana santri bisa memanfaatkan itu,” tukasnya.
Alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo itu mengaku yakin bahwa santri juga mempunyai potensi di bidang tulis-menulis. Sebab kenyataannya cukup banyak santri dan alumni pesantren yang menjadi penulis tekenal, bahkan penulis buku. Dikatakannya, budaya menulis sebenarnya sudah lama ada di pesantren. Hal ini bisa dilihat dari terbitnya sejumlah kitab karya ulama terkenal, semisal Syekh Nawawi Albantani, KH Hasyim Asy’ari, bahkan kiai-kiai saat ini juga tak sedikit yang mempunyai karya kitab kuning.
“Kitab itu kalau dalam bahasa Indonesianya ‘kan buku. Dan pembuatan kitab itu jauh lebih rumit daripada buku,” urainya seraya mengimbau agar santri terus belajar menulis.
Sejauh ini, pesantren Nurul Qarnain cukup giat dalam sejumlah agenda tulis-menulis. Selain mempunyai website, juga menerbitkan buletin dan majalah.Bimbingan dan pelatihan jurnalistik tersebut menghadirkan pemateri tunggal dari NU Online. (usm/NU Online)