Brebes, nusaline.com
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Aqil Siroj menandaskan, sistem maiyah atau kebersamaan menjadi kunci sukses pendidikan. Sistem bareng-bareng ini telah dijalankan oleh pesantren yang menerapkan pembelajaran 24 jam sehingga santri dan pesantrennya sukses.
“Lembaga yang menerapkan sistem maiyah atau kebersamaan hanya pesantren,” ujar Kiai Musthofa saat mengisi Kedawon Berdzikir di halaman rumah alm. Bapak Kanad, Dusun Kedawon, Desa Rengaspendawa, Kecamatan Larangan Brebes, Ahad (10/3) sore kemarin.
Kesuksesan Guru, kata Kiai Musthofa, bila mempunyai murid yang sukses. Dan kesuksesan tersebut sangat terlihat sekali di Pesantren. Terbukti, pesantren semakin berkembang dan alumninya selalu menghormati, mengingat pengasuhnya.
Sukses dengan cara kebersamaan, terlihat antara guru dan murid menggali ilmu bersama-sama. Dipesantren, dari sebelum tidur hingga kembali tidur mendapat pembelajaran langsung dan terlihat oleh para pengasuhnya masing-masing. Karakter santri terbangun secara masif, dibangun dengan kebersamaan yang kokoh, penuh gotong royong dan gemblengan yang matang.
“Di Indonesia, telah tumbuh, berkembang, dan maju sebanyak 22.900 pesantren di Indonesia dengan ciri khasnya masing masing,” ujar Kiai Musthofa yang juga pengasuh pesantren KH Aqil Siroj Kempek, Cirebon, Jabar.
Melihat kebersamaan tidak hanya dengan dengan santri saja, maka para kiai membentuk Nahdlatul Ulama (NU) sebagai upaya menyatukan kebersamaan santri dan non santri. Sehingga paham Ahlussunnah Wal Jamaah bisa sampai kepada seluruh Muslimin wal Muslimat Indonesia. Dan NU telah membuktikan sebagai organisasi Islam terbesar dunia karena menggunakan sistem kebersamaan itu tadi.
NU, lanjutnya, tidak hanya berpikir untuk mengawal kiai saja tetapi juga menjaga agama dan menjaga negara. Menjaga agama dengan amaliyah agama. Dan melihat banyak Agama, suku, bahasa dan kebudayaan serta yang lainnya maka disatukan ke dalam NKRI supaya sukses. Wakil Bupati Brebes Narjo mengingatkan, menjelang pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) 2019, banyak peristiwa yang terjadi. Seperti berita palsu atau hoaks bertebaran di mana-mana, sehingga sangat rawan adu domba, memecah belah persatuan akibat terlalu mengedepankan perbedaan pilihan.
“Untuk itu, berdzikir bersama menjadi salah satu upaya untuk menjaga suasana tetap kondusif,” ujarnya.
Narjo meyakini, lewat dzikir bersama ulama, santri dan masyarakat Brebes menjadi sumbangsih menciptakan suasana kondusif. Hingga kini situasi dan kondisi wilayah Kabupaten Brebes dalam keadaan kondusif. Kehidupan beragama, bermasyarakat, dan bernegara dapat berlangsung dengan tertib, aman, dan lancar. “Tentunya karena peran aktif seluruh elemen masyarakat, sehingga Kabupaten Brebes terjaga kondusifitasnya,” ungkapnya.
Narjo juga berpesan kepada masyarakat, agar tidak hanya menyukseskan pemilu dengan menggunakan hak suaranya, namun juga untuk tetap menjaga persatuan, tidak mudah termakan berita palsu atau hoaks.
Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat Setda Provinsi Jateng Ilham Pribadi kepada NU Online, Senin (11/3) menyampaikan, dzikir adalah salah satu langkah untuk mengingat Sang Kuasa, dengan dzikir dan berdoa berharap manusia senantiasa mendapat perlindungan Allah SWT.
“Melihat permasalahan bangsa saat ini, banyak oknum berusaha membuat gaduh, memecah belah persatuan umat, dengan memasukan hoaks kepada masyarakat. Mari bersama-sama menjaga suasana daerah kita masing-masing, dengan berdzikir dan berdoa agar tidak mudah dipecah-belah,” ujarnya.
Dzikir diselenggarakan Santri Gayeng Brebes, dihadiri Pengasuh Ponpes Kempek Cirebon KH Musthofa Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum MUI Pusat KH Zainut Tauhid Sa’adi, Pengasuh Ponpes Al Hasaniyah KH Nuridin Syamsudin, Cucu Mbah Maemoen Zubaer Gus Muhammad Shidqi, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta para santri. (Usm/Nu Online)