Sidrap, nusaline.com
Kelompok Wanita Tani Mattaneng Mangupu di Desa Bina Baru Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap adalah Mitra dari Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Ir. Andi Ralle, MP sebagai Ketua dan Dr.Ir. Suraedah Alimuddin, MP sebagai anggota dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).
Kelompok mitra tersebut adalah ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya mengelola berbagai jenis tanaman sayuran di pekarangan rumah masing-masing. Jumlah anggota kelompok mitra adalah sekitar 25 orang yang semuanya melakukan usaha tani sayuran. Kegiatan bertanam sayuran tersebut sudah berlangsung sekitar empat tahun. Jenis sayuran yang mereka tanam adalah jenis sayuran yang umurnya pendek, seperti kangkung, bayam, sawi, terong, dan lain-lain.
Kelompok wanita tani memanfaatkan halaman rumah mereka masing-masing sebagai areal pertanaman sayuran. Jumlah anggota kelompok mitra adalah 30 orang yang semuanya melakukan usaha tani sayuran. Jenis sayuran yang mereka tanam pada umumnya adalah jenis sayuran yang umurnya pendek, seperti kangkung, bayam, sawi, dan terong.
Secara umum pemeliharaan tanaman yang mereka lakukan sudah cukup baik namun sistem pemupukannya masih mengandalkan pupuk kimia. Penggunaakn pupuk kimia terus menerus untuk jangka panjang akan menyebabkan kondisi kesuburan tanah semakin menurun akibat semakin menurunnya kadar C organik tanah.
Pemanfaatan lahan oleh petani sangat intensif tanpa adanya masa bero. Aplikasi pupuk organik tidak rutin dilakukan, mereka menggunakan pupuk organik hanya bila kebetulan tersedia pupuk kandang pada saat pengolahan tanah atau saat penanaman. Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran ayam yang belum di fermentasi sehingga rasio C/N nya masih tinggi sehingga kurang efektif sebagai sumber nitrogen dan kemungkinan mengandung pathogen yang dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Nilai C/N merupakan hasil perbandingan antara karbon dan nitrogen.
Sumber bahan organik yang tersedia di desa Bina Baru cukup banyak seperti limbah jerami padi, jerami jagung, sekam, dedak padi, hasil pangkasan tanaman, daun-daunan, rumput/gulma, sampah rumah tangga, serta bahan organik lainnya. Bahan organic tersebut masih memiliki nilai C/N yang tinggi sehingga perlu difermentasi untuk menurunkan nilai C/N nya.
Kelompok mitra belum memahami manfaat yang sebenarnya dari pupuk organik bagi kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman sayuran dan belum memiliki keterampilan dalam mengelola bahan organik tersebut menjadi pupuk. Limbah sayuran yang cukup banyak setelah panen mereka buang karena mereka tidak memahami bahwa bahan organik tersebut dapat dijadikan sebagai pupuk organik.
Kelompok mitra belum pernah membuat sendiri pupuk kompos/bokashi dan POC. Metode, takaran dan waktu aplikasi pupuk organik tersebut juga belum mereka pahami dengan baik. Mereka lebih memilih pupuk kimia NPK seperti ponska atau pelangi sebagai sumber hara meskipun pupuk tersebut kadang-kadang tidak tersedia pada saat dibutuhkan sehingga harganya mahal.
Salah satu aspek produksi penting pada tanaman sayuran adalah kesuburan tanah, baik kesuburan fisik, kimia maupun kesuburan biologi. Kesuburan tanah yang baik akan menciptakan kondisi fisik tanah yang baik bagi perkembangan akar dan menyediakan hara yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman sehingga produksi yang dihasilkan dapat maksimal. Untuk mendapatkan kesuburan tanah secara fisik, kimia dan biologi, penggunaan pupuk organik mutlak dilakukan.
Pada kegiatan pengabdian ini pupuk organik yang akan diperkenalkan kepada petani mitra adalah pupuk organik padat yaitu kompos atau bokashi dan pupuk organic cair (POC) yang bahan dasarnya berasal dari limbah pertanian dan bahan organik setempat. Pupuk organik tersebut proses pembuatannya sangat sederhana.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM-4 (Effective Microorganisms 4). Fermentasi adalah proses penguraian bahan-bahan organik secara biologis oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi (Dewi, 2012). Proses fermentasi/pengomposan dengan teknologi EM-4 lebih cepat dibanding dengan pengomposan secara alami. Prinsip pengomposan/fermentasi adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (<20) dan untuk membunuh bakteri, parasit atau bahan berbahaya lainnya. Proses fermentasi berfungsi untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam kotoran ternak untuk dijadikan sebagai sumber-sumber hara yang stabil dan bisa diserap tanaman.
Pupuk bokashi dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus. Meskipun kandungan haranya sedikit namun bokashi mengandung unsur hara makro dan mikro serta vitamin dan hormon yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Sedangkan POC adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang antara lain dapat berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, limbah dapur, limbah pasar, yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari POC adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, POC umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin dan aman bagi kesehatan (Hadisuwito, 2012). Selain itu, POC mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh tanaman (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2012). Keuntungan lain dari penggunaan POC adalah kita dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman (Yuliarti, 2009).
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember 2019 di Desa Bina Baru Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap yang terletak sekitar 188 km dari kota Makassar.
Kelompok mitra sebagai peserta sekaligus sebagai fasilitator acara dan tim pengabdi dari Dosen FP UMI sebagai narasumber. Kelompok mitra dengan penuh semangat dan antusias mengajukan beberapa pertanyaan tentang pupuk organik kaitannya dengan pertumbuhan tanaman sayuran.
Setelah dilakukannya pengabdian masyarakat kepada kelompok wanita tani Mattaneng Mangupu di Desa Bina Baru, pengetahuan mereka tentang manfaat bahan organik yang banyak tersedia di desa tersebut semakin baik sehingga mereka termotivasi dalam memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai pupuk. Pada hal selama ini limbah sayuran yang banyak pada saat panen dibuang begitu saja karena mereka belum memahami manfaatnya sebagai sumber bahan pembuatan pupuk organik.
Tahap pelatihan dan demplot yang dilakukan oleh tim pengabdian bersama kelompok mitra berjalan lancar bahkan kelompok mitra sangat mengharapkan kegiatan seperti ini tetap berkelanjutan di desa Bina Baru. Mahasiswa sebagai pendamping dan ketua kelompok mitra bertugas memonitor secara berkala kondisi pertanaman.