Klaten, nusaline.com
Di hadapan sekitar 50.000 Warga NU Klaten, Mbah Moen menceritakan tentang keadaan Bangsa Arab sebelum, selama dan setelah Nabi Muhammad SAW. Hal ini disampaikan saat memberi Mauizah hasanah pada Harlah NU ke-96, Rabu 3 April 2019 di Alun-alun Klaten. sebagaimana yang dilansir muslimedia.com
Islam dan Nasionalisme tidak bisa dipisahkan, sangat berhubungan erat. Nahdlatul Ulama itu tidak bisa dipisahkan kepada 7-8-45. Ini merupakan angka yang sakti bagi Bangsa Indonesia dan terkadang dilupakan. Setelah Nabi SAW wafat, Indonesia satu-satunya negara yang mempersatukan Asia-Afrika dengan Konferensi Asia-Afrika, saat inipun Indonesia juga mempersatukan dunia.
“Maka jangan melupakan Garuda Pancasila, antara Indonesia dengan NU itu memiliki kesamaan 17-8-45. NU jangan sampai NU bukan Nasionalis, Harus Cinta kepada Bangsa. Maka karena itu harus dijaga Ukhuwah wathoniyah (Ukhuwah Kebangsaan) dan Ukhuwah Diniyah Islam.” Kata Mbah Moen
“Arab persatuan, Nabi SAW yang dibinanya hanya negara Arab. Setelah Nabi SAW wafat berkembang Arab itu mulai dari perbatasan India-Irak sampai Lautan Atlantik. Sekarang Bangsa Indonesia itu 7-8-45. Indonesia tidak perlu membuat negara Islam, Islam dulu ada Khalifah karena negara dulu satu, dari Irak sampai Lautan Atlantik. Saat ini kembali lagi sebagaimana sebelum Nabi SAW. Sehingga jumlahnya sudah tidak menjadi satu, beberapa lebih dari sepuluh. Semua negara Arab, satu sama yang lain berbagai suku dan Bangsa walo satu Bahasa. Tapi Bangsa Indonesia terbalik, Sehingga Indonesia hanya tahu 7-8-45.” Kata Mbah Moen
Angka I7 berhubungan dengan proklamasi, jumlah pada 2 sayap pada Garuda dan juga berhubungan dengan jumlah roka’at sholat. Angka 8 berhubungan dengan turunnya al-Qur’an pada bulan Agustus, Nabi dikandung Ibunya pada Bulan Agustus, proklamasi pada bulan Agustus dan berhubungan dengan jumlah pintu Surga. Angka 45: angka 4 berhubungan dengan pilar 4 yaitu : PBNU (Pancasila Bhinneka Tunggal Ika Negara
Kesatuan Republik Indonesia Harga Mati dan UUD 45). Di sinilah tidak ada paksaan dalam beragama: “laa ikrooha fiddiin”. Beliau menghimbau untuk selalu menjaga persatuan walau dalam perbedaan. Beliau berharap, mudah-mudahan kita Bangsa Indonesia menjadi satu Nusa satu Bangsa dan satu Bangsa.(*)