Semarang, nusaline.com
Rais ‘Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thariqah Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menyampaikan rasa syukur karena acara Apel Kebangsaan ”Kita Merah Putih” yang berlangsung di Lapangan Simpanglima Kota Semarang, Jawa Tengah dihadiri berbagai kalangan, termasuk pemerintah daerah, masyarakat sipil, TNI, Polri, para habib dan kiai.
“Kalau sudah berkumpul seperti ini, apakah masih ragu kekuatan Indonesia?” tanya Habib Luthfi kepada puluhan ribu umat dan masyarakat yang hadir, Ahad (17/3). Habib Luthfi menyanjung kiprah para pendahulu dalam menerapkan rasa handarbeni dan nasionalisme terhadap Indonesia. Menurut Habib Luthfi ajaran itu tercermin dalam ritual membangun rumah. Budaya para pendahulu ketika membangun rumah pasti tidak melupakan merah putih.
Habib Luthfi menambahkan, bendera kebanggaan Republik Indonesia itu selalu diikatkan pada blandar (tiang utama) penyangga atap rumah. Prosesi tersebut juga biasanya disertai dengan syarat-syarat lain yang menjadi simbol kemakmuran dan kesejahteraan pemilik rumah. Seperti padi, jajanan pasar, ingkung ayam, dan sebagainya.
“Ketika yang lain, ada padi dan sebagainya sudah habis, merah putih tetap utuh, ini memuat pesan bahwa sampai kapanpun Indonesia harus utuh dan kokoh,” tutur Mursyid Thariqah Syadziliyah ini.
Syuriyah PWNU Yogyakarta KH Ahmad Muwaffiq menyampaikan bahwa bendera merah putih adalah lambang kesatuan dan kebangsaan yang besar. Posisi bendera tersebut di Indonesia tidak boleh ditandingi oleh bendera lain, apalagi sampai berani menggantinya.
“Jangan sampai merah putih disaingi oleh bendera lain, karena merah putih adalah pemersatu dari sabang sampai merauke,” tegas Gus Muwaffiq, sapaan akrab KH Ahmad Muwaffiq.
Bahkan, lanjut Gus Muwaffiq, jika baru-baru ini ada yang ingin mengganti dengan bendera tauhid tidak boleh. Alasannya karena sesungguhnya itu bukan bendera tauhid, akan tetapi bendera eks Hizbut Tahrir Indonesia.
“Kita tidak anti tauhid karena setiap hari kita gunakan kalimat tauhid. Kita hanya tidak setuju jika itu digunakan untuk mengubah bendera merah putih. Kalian boleh mengibarkan bendera Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan lain-lain asalkan disandingkan dengan merah putih, jangan berani-berani mengganti merah putih,” tandasnya.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo mengatakan, Apel Kebangsaan ini diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Tidak memandang suku, agama, ras bahkan pilihan politik, semua berbaur jadi satu untuk merah putih.
“Hari ini komplit, ini ada TNI, Polri, Kajati, Ketua DPRD, Wagub dan juga tokoh nasional serta para ulama. Saya minta segenap rakyat Indonesia, segala golongan, semua harus bersatu padu bulat, berdiri di belakang pemimpin. Janganlah menjadi kacau, bekerja tak tentu arah, hanya tuduh menuduh dan menyalahkan orang lain,” ujarnya.
Selain orasi kebangsaan, shalawatan, dan doa bersama, Apel Kebangsaan juga diisi dengan ikrar bersama menjaga NKRI yang dipimpin Habib Luthfi bin Yahya. Acara ditutup dengan penyerahan secara simbolis Bendera Merah Putih oleh para tokoh nasional kepada generasi penerus yang diwakili oleh Ketua Pimpinan Wilayah IPPNU Jawa Tengah serta makan bersama brokohan nasi Kebuli. (usm/Nu Online)