Dua Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenag Lampung, Dharma Setyawan dan Ahmad Tsauban menggagas Pasar Yosomulyo Pelangi disingkat Payungi. Dharma Setyawan adalah Dosen IAIN Metro Lampung, sedang Ahmad Tsauban Kasi Haji Kemenag Lampung Timur.
“Payungi dapat dimaknai memayungi atau melindungi dari terik dan hujan. Sebuah gagasan pasar tradisional untuk memihak kepada pasar warga yang selama ini dipinggirkan oleh arus pasar modern milik segelintir orang,” kata Dharma Dosen IAIN Metro via wahatsap, Jumat (29/3) seperti yang dilansir kemenag.go.id.
Gelaran pasar digital rakyat ini juga melibatkan gerakan komunitas Genpi Lampung, Komunitas Yosomulyo Pelangi, Pojok Boekoe Cangkir, Nuwobalak.id, Risma Sabilil Mustaqim, dan Relawan Mahasiswa Perguruan Tinggi.
Ahmad Tsauban menjelaskan, selain menjual jajanan tradisional dengan mayoritas berbahan singkong, pasar ini juga dilengkapi spot selfie di kawasan warna-warni. “Pasar ini juga berjuang melestarikan permainan tradisional dan membangkitkan tradisi budaya seperti gotong royong, kesenian dan budaya,” tambah Tsauban.
Payungi dilaunching Minggu, 28 Oktober 2018. Berlokasi di Jl Kedondong RW 07 Yosomulyo Metro Pusat.
Penggagas Payungi Dharma Setyawan menambahkan, pihaknya juga mengembangkan wisata Lebah Madu Trigona. Para pengunjung Pasar dapat swafoto dan mencicipi madu langsung dari sarangnya. Selain itu, lanjut Dharma, ada Kampung Kelinci; anak-anak dapat memberi makan kelinci di kawasan khusus di sekitar Payungi.
Sejauh 22 kali gelaran, omset penjualan semakin meningkat. Dalam tiap minggu omset berkisar 40-45 juta rupiah. Untuk satu bulan, uang masuk di kawasan Payungi mencapai kurang lebih Rp160 juta.
“Dalam tiap gelaran, Pengelola Pasar membuat tema-tema menarik, seperti Batik, Peringatan Pahlawan, Pameran Barang Antik, Festival Burung, Pameran Tanaman Bonsai, dan lainnya,” terang Dharma.
Atas inisiatif Dharma Setyawan dan Ahmad Tsauban, dua ASN Kemenag Lampung, pasar yang dibuka setiap Minggu, dari jam 06.00 – 11.00 ini ramai jadi wisata kuliner warga. Yosomulyo Metro Pusat menjadi tempat yang tumbuh baik secara gerakan sosial dan ekonomi kreatif.
Warga terus bergotong royong untuk memperbaiki spot-spot selfie dan mempercanti kawasan Payungi. Agar pengunjung tidak bosan, Payungi menyediakan wahana permainan seperti Flying Fox, Panahan, dan Lempar Pisau. Sampai sejauh ini, total omset atau nilai transaksi dalam laporan keuangan gelaran Payungi mencapai 750 juta lebih.
Apa yang dilakukan dua ASN Kemenag ini menjadi langkah kreatif memperkuat pengabdiannya kepada masyarakat.