Bukan, tidak salah lagi. Apa namanya kalau bukan cinta
Seperti benih padinya petani lalu menjadi semai bibit-bibit baru
Lalu seperti tangkai bulir-bulir emas yang bijaksana
Seperti mekar bunga-bunga yang di senangi kumbang-kumbang di musim semi
Seperti anak-anak angsa yang riang gembira di kolam-kolam kita
Seperti rinai embun membius pagi menyemangati bocah-bocah ke sekolah
Seperti terharunya jelata mengantar kepergian bapak bapak mereka
Seperti santun dan patuhnya santri kepada kiai-kianya yang arif
Ini juga cinta
Seperti ikan-ikan yang bergerombolan memburu kail-kail nelayan kita
Seperti kesetian lumba-lumba mendampingi layar maritim kita
Seperti senja itu merah merona pipimu tersipu malu-malu
Seperti awan, seperti hujan dan setulus ibu-ibu kita
Ibu dari keadilan adalah kebijaksanaan
Kebijaksanaan adalah kearifan cinta
Cinta adalah karya tuhan dan tuhan itulah sujud kita yang paling tinggi
Tidak seperti dasi kupu-kupu di leher tikus tuan
Sebengis suara-suara yang mematikan akal kemanusiaan
Sesimpang siur alunan melodi penantian anomali makmur
Ini bukan cinta
Ini bukan kebijaksanaan
Pidato gagah berani punggawa
Sambil menginjak kaki kita
Sambil memagari sawah-sawah kita
Sambil memotong suara-suara kita
Ini apa lagi ?
Ahmad Julfikar (Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi PAI UIM)